Dari Indie ke Skena: Musik Tetap Lokomotifnya

Dani Kosasih
4 min readJun 9, 2024

--

Sumber: Instagram @mblocspace

Di setiap perjalanan sejarah musik, selalu terjadi perubahan pada cara anak muda mengekspresikan diri dan menemukan identitas budayanya. Salah satu pergeseran yang menarik perhatian adalah peralihan dari tren anak indie menjadi anak skena. Fenomena ini tidak hanya mencerminkan perubahan dalam selera musik, tetapi juga menggarisbawahi transformasi lebih luas dalam budaya dan gaya hidup generasi muda.

Istilah “indie” dalam dunia musik sering kali dikaitkan dengan sikap ‘do-it-yourself’ (DIY), di mana musisi mengambil kendali atas proses rekaman, produksi, dan promosi secara mandiri. Gerakan indie mempunyai makna yang lebih dalam daripada sekedar jenis musik; ia mencerminkan semangat kemandirian, keberanian untuk menantang norma-norma yang ada, dan hasrat untuk menjaga autentisitas seni dari pengaruh komersial.

Seiring berjalannya waktu, konsep indie telah mengalami evolusi. Dulu, menjadi anak indie mungkin berarti menolak arus utama yang didominasi oleh label rekaman besar dan artis-artis yang populer. Namun, sekarang, definisi “indie” telah meluas dan merambah ke berbagai aspek gaya hidup dan budaya. Ini mencerminkan adaptasi anak muda terhadap tren-tren baru dan perubahan dalam masyarakat.

Beralih namun Tidak Berubah

Peralihan dari anak indie menjadi anak skena mencerminkan perubahan dalam selera dan gaya musik anak muda. Istilah anak skena sendiri mencuat dari konten-konten yang sering muncul di media sosial, terutama TikTok.

Sebagaimana Indie, anak skena tidak lagi hanya tentang menolak arus utama, anak skena juga mengekspresikan diri mereka melalui berbagai subkultur dan genre musik yang mewakili identitas mereka. Dari punk rock hingga hip-hop, dari metal hingga elektronik, anak skena menemukan rumah bagi minat dan keinginan artistik mereka. Dalam tingkat paling ekstrim, bahkan muncul “para polisi skena”.

Dalam budaya anak skena, musik memiliki peran yang jauh lebih dalam daripada sekadar menjadi bentuk ekspresi artistik. Musik bukan hanya menjadi cara untuk menyuarakan perasaan dan pemikiran, tetapi juga menjadi jembatan yang kuat untuk membangun komunitas yang solid dan solidaritas yang erat di antara para penggemar musik.

Bagi anak skena, konser-konser live, festival musik, dan pertunjukan di klub malam tidak hanya merupakan tempat untuk menikmati musik secara langsung, tetapi juga menjadi ruang untuk bertemu dengan sesama pecinta musik, berbagi pengalaman, dan merayakan identitas kolektif.

Festival adalah Rumahnya

Dalam budaya anak skena, konser-konser live menjadi titik temu utama bagi para penggemar musik. Di sinilah mereka dapat merasakan energi langsung dari pertunjukan musik, merasakan kebersamaan dengan sesama penonton, dan mengekspresikan diri mereka sepenuhnya tanpa hambatan. Konser-konser ini menciptakan ruang yang aman di mana individu dapat merasa bebas untuk menjadi diri mereka yang sebenarnya, tanpa takut dihakimi oleh norma-norma sosial yang kaku.

Referensi utama untuk memahami pentingnya konser live dalam budaya anak skena bisa kita baca dalam buku “Our Band Could Be Your Life: Scenes from the American Indie Underground, 1981–1991” oleh Michael Azerrad. Azerrad secara mendalam menjelaskan bagaimana konser live menjadi pilar utama dalam perkembangan dan solidifikasi subkultur musik independen di Amerika Serikat.

Selain konser live, festival musik juga memainkan peran penting dalam memperkuat komunitas anak skena. Festival-festival seperti Coachella, Glastonbury, atau Roskilde bukan hanya tempat untuk menonton penampilan musik terkenal, tetapi juga menjadi acara tahunan yang dinanti-nanti oleh pecinta musik di seluruh dunia. Festival-festival ini menciptakan lingkungan yang inklusif di mana orang-orang dari berbagai latar belakang dapat berkumpul untuk merayakan keanekaragaman musik dan budaya.

Festival menjadi tempat di mana orang-orang dapat merasa diterima dan dihargai, tanpa memandang perbedaan atau perbedaan mereka.

Sebagai referensi tambahan, “Festival, Tourism, and Social Change: Remaking Worlds” oleh David Picard dan Mike Robinson adalah bacaan yang bermanfaat untuk memahami dampak festival musik dalam konteks globalisasi budaya. Pertama-tama, festival musik menjadi magnet bagi pariwisata global.

Wisatawan dari berbagai belahan dunia berbondong-bondong untuk menghadiri festival-festival terkenal, membawa bersama mereka kekayaan budaya mereka sendiri. Situasi ini menciptakan pertukaran budaya yang kaya, di mana pengunjung dapat belajar satu sama lain, merasakan keindahan keanekaragaman dunia, dan memperkuat ikatan lintas-budaya.

Selain itu, festival musik juga memainkan peran penting dalam menggalang kesadaran sosial. Dengan menyuarakan pesan-pesan tentang perdamaian, keadilan sosial, dan keberlanjutan lingkungan, festival-festival ini menjadi panggung bagi aktivisme dan perubahan. Melalui musik dan panggung, para peserta didik dan masyarakat secara kolektif mengekspresikan aspirasi mereka untuk dunia yang lebih baik.

Namun, yang paling penting, festival musik menciptakan ruang untuk penyatuan jiwa dan solidaritas manusia. Di tengah keramaian orang-orang dari berbagai latar belakang, perbedaan-perbedaan yang terkadang memisahkan kita sehari-hari menjadi tidak lagi relevan. Festival-festival ini adalah perayaan persatuan, di mana kita semua, terlepas dari agama, ras, atau budaya, dapat bersama-sama merayakan kehidupan dan cinta kita pada musik.

Maka tidak heran bila festival telah menjadi pilihan konsep banyak promotor musik di Indonesia. Tidak lain karena mereka melihat potensi pasarnya.

Sebagaimana layaknya “indie”, definisi “skena” pun telah meluas dan merambah ke berbagai aspek gaya hidup dan budaya. Namun, akar dari keduanya tetap tidak bisa hilang, yaitu musik. Tidak bisa kita pungkiri bahwa musik adalah penggerak utama, poros besar yang mampu menggerakan sektor industri kreatif lain secara masal. Musik adalah lokomotif yang akan menarik gerbong-gerbong ekonomi kreatif dan budaya.

Tidak dapat dipungkiri bahwa musik memiliki daya dorong yang kuat dalam sektor industri kreatif. Dari desain grafis hingga fashion, dari seni visual hingga perfilman, musik anak-anak skena memberikan inspirasi dan pengaruh yang luas.

Salah satu ruang yang mencetuskan khasanah tersebut adalah M Bloc Space di Jakarta Selatan. M Bloc Space yang menyediakan panggung bagi bakat-bakat lokal, telah menjadi katalisator bagi pertumbuhan ekonomi kreatif di Jakarta Selatan. M Bloc Space adalah bukti konkret dari bagaimana musik tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga kekuatan.

Dari sini, kita dapat melihat bagaimana sebuah ruang yang didedikasikan untuk musik bisa menjadi pusat bagi perkembangan budaya dan ekonomi kreatif. M Bloc Space bukan hanya tentang musik; itu tentang perubahan, inspirasi, dan transformasi.

--

--

Dani Kosasih
Dani Kosasih

No responses yet